KPAI dirikan posko perlindungan anak korban bencana asap di 5 provinsi

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

KPAI dirikan posko perlindungan anak korban bencana asap di 5 provinsi

EPA

Posko akan berdiri di 8 titik di 5 provinsi: Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Jambi, Riau, dan Sumatera Selatan.

JAKARTA, Indonesia — Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mendirikan posko perlindungan anak korban bencana asap akibat kebakaran hutan dan lahan, mengingat sudah ada 9 anak yang meninggal dunia akibat gangguan pernapasan.

Menurut Ketua KPAI Asrorun Ni’am Sholeh, posko ini dimaksudkan untuk menjadi tempat berlindung anak-anak dari paparan asap beracun karena mereka adalah kelompok masyarakat yang paling rentan terhadap asap.

“Posko ini dimaksudkan menjadi jembatan untuk bisa jadi salah satu titik di mana masyarakat bisa berperan, di samping nanti masing-masing elemen masyarakat juga buka posko secara khusus,” kata Asrorun di kantor KPAI di Jakarta Pusat, Jumat, 23 Oktober.

Selain itu, kehadiran posko ini juga diharapkan dapat memberikan dorongan bagi masyarakat untuk turut serta dalam menolong korban bencana asap.

Posko ini didirikan dengan bantuan berbagai elemen masyarakat sipil seperti Dompet Dhuafa.

“Posko itu safe house. Ada tabung oksigen. AC itu juga sebenarnya fungsi sebagai netralisir asap. Dan ada air bersih,” ujar General Manager Dompet Dhuafa Muhammad Sabit di kantor KPAI. 

“Kita melihat kelompok anak ini paling rentan dan kemungkinan besar korban jiwa akan naik. Maka kita menyediakan safe house di beberapa provinsi untuk tempat aktivitas anak. Kita kerjasama dgn KPAI dan berbagai elemen.”

Menurut KPAI, posko akan berdiri di 8 titik di 5 provinsi, yaitu di Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Jambi, Riau, dan Sumatera Selatan. Ke depannya akan dibangun juga posko di Sumatera Barat, Sumatera Utara dan Maluku.

Menurut koordinator satgas perlindungan anak, Ilma Sovriyanti, evakuasi ke posko sudah merupakan suatu hal yang wajib dilakukan mengingat parahnya tingkat polutan di daerah yang terkena bencana asap.

“Sudah tidak bisa (sekadar) mengimbau berdiam di dalam rumah karena itu artinya kematian secara perlahan,” ujar Ilma.

Kasus terakhir, seorang pelajar berusia 9 tahun bernama Ramadhani Lutfi Aeril di Pekanbaru, Riau, meninggal dunia setelah sesak nafas diduga karena kabut asap.

“Dokter menyebutkan anak saya kekurangan oksigen,” kata Ery Wirya, orangtua Lutfi, Rabu, 21 Oktober. “Ada penyempitan di paru-parunya.” —Rappler.com

BACA JUGA:

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!