Setahun tragedi AirAsia QZ8501, keluarga pasrah tapi ada yang menyesalkan

Amir Tedjo

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Setahun tragedi AirAsia QZ8501, keluarga pasrah tapi ada yang menyesalkan
Keluarga korban AirAsia QZ8501 menerima nasib, tapi ada yang mengatakan pihak maskapai tak memerdulikan keselamatan penumpang

SURABAYA, Indonesia — Siang itu, sekitar dua pekan lalu, telepon milik Imam Samudera berdering. Si penelepon mengabarkan jika manajemen maskapai AirAsia mengundang Imam untuk hadir dalam peringatan setahun tragedi kecelakaan AirAsia di Markas Kepolisian Daerah Jawa Timur pada hari ini, 28 Desember 2015.

Imam adalah salah satu keluarga penumpang AirAsia QZ8501 yang mengalami menghilang sebelum ditemukan terjatuh pada 28 Desember setahun lalu. Dalam kecelakaan itu, ia kehilangan anak perempuannya, Dona Indah; menantunya Boby Sidharta; serta dua orang cucu perempuannya, Gusti Ayu Putriyana Permata dan Keisha Putri.

Meski kehilangan satu generasi keturunannya, Imam mengaku sudah pasrah atas kecelakaan itu. 

“Saya sudah bisa menerima kepergian mereka,” kata Imam yang tinggal di Jember, Jawa Timur, usai menghadiri peringatan setahun kecelakaan pesawat jurusan Surabaya-Singapura itu. Bagian-bagian pesawat naas itu kemudian ditemukan di perairan di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, beberapa hari kemudian.

(LINI MASA: Mengingat kembali jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501)

Ia pun tak kuasa untuk menolak hadir dalam peringatan ini. Baginya, sesama keluarga korban, sudah seperti keluarga sendiri. Maklum saja, dia bersama dengan puluhan keluarga korban lainnya hari demi hari selalu mengikuti proses evakuasi yang sulit dan memakan waktu berhari-hari, bahkan mingguan.

Dalam perkiraannya, hampir sebulan, dari pagi hingga petang berada ia di Markas Polda Jawa Timur menunggu proses evakuasi dan identifikasi bersama dengan keluarga penumpang lainnya. “Karena lama dan senasib, kita sudah jadi seperti keluarga,” kata Imam.

Ia pun tak terlalu mempermasalahkan hasil invesigasi Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) awal bulan ini yang menyatakan jika salah satu penyebab terjadi kecelakaan pada pesawat QZ8501 adalah malfungsi pada instrumen pesawat.

“Yang jelas, saya pribadi, karena semua sudah dipenuhi oleh AirAsia, kami tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Sesuai dengan yang sudah disepakati bersama. Kami anggap yang lalu biarlah berlalu,” aku Imam.

Keluarga korban AirAsia QZ8501 menunggu di Bandara Juanda, Surabaya, saat proses evakuasi penumpang, pada 28 Desember 2014. Foto oleh Juni Kriswanto/AFP

Menurutnya, dalam kecelakaan itu, pihak AirAsia sangat memerhatikan nasib keluarga korban. Hampir sebulan lamanya mereka diinapkan di hotel yang terletak tak jauh dari Markas Polda Jawa Timur. Semua akomodasi ditanggung oleh pihak AirAsia. 

Tak hanya itu, dalam urusan pembayaran kompensasi, manajemen AirAsia juga dinilai cepat dalam pembayarannya. Dalam tragedi ini, Imam beserta ahli warisnya menerima dana kompensasi dari AirAsia sebesar Rp 5 miliar untuk empat orang keluarga yang menjadi korban.

‘AirAsia abaikan keselamatan penumpang’

Tapi tentunya, tak semua bisa berlapang dada seperti Imam. Misalnya saja Joe Shien Shien, keluarga dari penumpang Joe Jeng Fei. Joe Shien Shien mengakui bahwa dirinya masih mempunyai ganjalan di hati. Ia menyesalkan klaim dari manajemen yang menyatakan jika kecelakaan itu terjadi karena cuaca yang buruk.

“Hasil investigasi KNKT membuktikan bahwa pihak AirAsia telah melakukan kelalaian dan mengabaikan 23 kali laporan tentang kondisi mesin pesawat yang perlu dilakukan perbaikan,” katanya, mengutip hasil investigasi KNKT.

Menurut Joe Shien Shien, AirAsia telah mengabaikan keselamatan penumpangnya serta mengambil hak hidup dari 162 penumpang dan awak kabin yg ada di dalamnya.

(BACA: AirAsia QZ8501 jatuh karena sistem gagal deteksi kerusakan pesawat)

“Disesalkan, karena hingga saat ini, tidak ada satupun dari jajaran pimpinan Air Asia yang mempunyai jiwa besar yang mengakui kesalahan yang telah mereka lakukan kepada seluruh keluarga korban. Baik secara langsung, tertulis, atau pun secara lisan kepada media cetak dan media elektronik,” ujarnya.

Potongan badan pesawat AirAsia QZ8501 yang jatuh ke dasar laut. Foto dari Facebook Menteri Pertahanan Singapura Ng Eng Hen

Sebelumnya, pemilik dan pendiri AirAsia Tony Fernandes telah mengakui, meski tak secara eksplisit, bahwa terdapat kelalaian oleh pihaknya. 

Banyak yang bisa AirAsia pelajari dari pengalaman ini, begitu pula pembuat pesawat, dan industri penerbangan. Kami akan melalukan apapun dan memastikan industri (penerbangan) belajar dari insiden tragis ini,” kata Fernandes melalui akun Twitter-nya, Selasa, 1 Desember, setelah KNKT merilis penemuan mereka.

Fernandes juga mengatakan bahwa keluarga korban tetaplah yang utama. 

“Pikiran saya untuk keluarga (korban) dan kru yang tetap menjadi prioritas utama kami,” tulisnya.

Hal tersebut kembali diutarakan oleh Presiden AirAsia Indonesia Sunu Widyatmoko dalam acara peringatan satu tahun hari ini.

“Kegiatan ini untuk mendoakan dan mengenang keluarga yang kita cintai. Tadi kita tidak membericarakan soal kompensasi, kita lebih mengarah kepada kesedihan kerpihatinan,” kata Sunu usai acara.

Namun ia tampak enggan menangapi laporan investigasi KNKT soal penyebab jatuhnya AirAsia QZ8501, karena menurutnya, laporan itu dibuat oleh lembaga independen. 

“Kita sudah menerapkan semua rekomendasi dari KNKT dan mempunyai standar yang tinggi soal keselamatan penerbangan,” kata Sunu. —Rappler.com

BACA JUGA:

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!