Pengamat: Cegah pesawat jatuh, TNI AU harus lebih fokus ke perawatan

Santi Dewi

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Pengamat: Cegah pesawat jatuh, TNI AU harus lebih fokus ke perawatan
Bercermin dari jatuhnya pesawat super tucano, pilot bisa mengaktifkan kursi pelontar, sedangkan juru mudi yang duduk di belakang ikut terkubur bersama pesawat.

JAKARTA, Indonesia – Dunia militer Indonesia kembali menerima kenyataan pahit ketika sebuah pesawat latih milik TNI Angkatan Udara jatuh di pemukiman padat penduduk di kota Malang pada Rabu pagi, 10 Februari. Akibat insiden tersebut empat orang tewas, termasuk di dalamnya pilot pesawat Mayor PNB Ivy Safatillah dan teknisi Juru Mudi Udara Sersan Mayor Syaiful Arief Rakhman.

Jasad Mayor PBN Ivy ditemukan terpisah dari pesawat. Dia diketahui masih bisa mengaktifkan kursi pelontar kendati parasutnya tidak mengembang. Sedangkan Syaiful ditemukan meninggal dengan jasad berada di dalam kokpit pesawat.

Dua korban lainnya merupakan warga sipil. Kepala Staf Angkatan Udara Agus Supriatna ketika memberikan keterangan pers menyebut identitas korban diketahui bernama Erna Wahyuningtyas (47 tahun) dan Nurcholis (27 tahun).

Namun, insiden jatuhnya pesawat TNI AU ini bukan kali pertama terjadi. Berdasarkan catatan Rappler, sudah ada tiga insiden serupa pada tahun 2015. Satu di antaranya bahkan jatuh di Langkawi, Malaysia ketika tim aerobatik TNI AU tengah berlatih untuk mengikuti Langkawi International Maritime and Aerospace (LIMA).

Lalu, apa yang menyebabkan insiden tersebut kembali berulang? Menurut pengamat militer dan pertahanan dari Universitas Indonesia, Connie Rahakundini Bakrie, selama ini jika ada pesawat militer yang jatuh maka yang biasanya dijadikan sasaran adalah pilot atau cuaca. Padahal, hal tersebut lebih disebabkan karena proses perawatan dan pemeliharaan yang kurang teliti.

“Silahkan dihitung ada berapa banyak pesawat militer yang sudah jatuh. Mulai dari hercules, jupiter, super tucano dan beberapa peristiwa lainnya yang tidak diumumkan oleh TNI AU. Bahkan, dalam beberapa insiden, pesawat yang jatuh tergolong pesawat baru,” ujar Connie yang dihubungi Rappler pada Jumat, 12 Februari.

Dalam kasus jatuhnya pesawat super tucano, Connie mengaku geram dengan pernyataan beberapa pejabat pemerintah yang memilih menanti hasil penyelidikan flight recorder untuk mengetahui penyebab jatuhnya pesawat. Bahkan, rencananya TNI AU akan ikut melibatkan produsen Super Tucano dari Brasil dalam proses penyelidikan.

Menurut Connie, sebelum melibatkan pihak asing, ada baiknya TNI AU melakukan pemeriksaan internal terlebih dahulu, khususnya dalam hal perawatan dan pemeliharaan.

“Di dalam dunia penerbangan, dikenal maintenance yang dilakukan secara berkala dan tercatat. Perawatan tersebut terdiri dari dua kelompok yakni preventif dan korektif,” papar istri purnawirawan jenderal itu.

Perawatan preventif dilakukan jika ada komponen yang sudah mendekati batas untuk diganti. Ada juga komponen yang harus diganti saat itu juga ketika ditemukan rusak. Sedangkan perawatan korektif dilakukan jika komponen pesawat tiba-tiba dilaporkan rusak.

“Pesawat juga memiliki interval perawatan dan waktu pemeliharaan di dalam setiap komponen pesawat. Setiap kali pemeriksaan pesawat pasti akan dicatat secara tertulis di dalam log book. Sehingga jika ada insiden jatuhnya pesawat maka tinggal diperiksa saja ke log book itu,” kata Connie.

Dia menjelaskan, proses perawatan dan pemeliharaan selama di darat menjadi tanggung jawab dari Komandan Landasan Udara (Danlanud), Komandan Skuadron (Danskuadron) dan Komandan Wing (Danwing). Seharusnya mereka yang bersuara ketika ada insiden jatuhnya pesawat militer.

Connie menduga kuat insiden jatuhnya pesawat super tucano berkaitan dengan faktor pemeliharaan, karena adanya fakta pilot bisa mengaktifkan kursi pelontar, sedangkan juru mudi udara yang duduk di belakang ikut terkubur bersama pesawat.

“Artinya seat belt dan pengaturan kursi lontar bagi penumpang di belakang kan tidak benar. Berarti, ini kembali lagi ke masalah perawatan. Dengan demikian menjadi tanda tanya besar, apakah tahapan maintenance selama ini sudah dijalankan sesuai ketentuan atau tidak,” papar dia.

Bagaimana dengan kemungkinan kekeliruan dari produsen pesawat? Connie meragukan hal itu, karena sebelum menjual pesawat tersebut, sudah ada studi kelaikan yang lebih dulu dilakukan oleh produsen.

“Kan hasil studi kelaikan juga yang menjadi landasan bagi Indonesia untuk membeli alutsista,” kata Connie.

Sudah sesuai prosedur

Komandan Lanud Abdulrachman Saleh Malang, Marsma TNI Djoko Senaputro menepis adanya faktor perawatan dan pemeliharaan yang terlewat. Sejak awal menghuni skuadron 21, 12 pesawat super tucano itu mendapat perawatan rutin dan test flight sesuai dengan jam terbang.

“Semua perawatan sesuai prosedur,” kata Djoko pada Senin, 15 Februari.

Djoko memilih untuk tidak berspekulasi dan menunggu hasil penyelidikan yang dilakukan oleh tim khusus di bawah unit Dinas Keselamatan Terbang dan Kerja TNI AU. Beberapa temuan seperti flight recorder, emergency locator transmitter (ELT) diharapkan bisa menjadi petunjuk mengapa pesawat latih yang tiba di Indonesia pada tahun 2012 itu, bisa jatuh.

Djoko menyebut butuh waktu cukup lama untuk mengetahui hasil penyelidikan itu. Bahkan, dia memberikan petunjuk bisa jadi lebih dari 10 bulan untuk memperoleh hasil valid. Itu pun tak menjamin hasil investigasi akan diungkap ke publik.

Menurut Komandan Wing 2 Kolonel Penerbang M Arifin, salah satu pertimbangan hasil penyelidikan tak diungkap ke publik, karena khawatir adanya pengaruh terhadap pabrik produsen pesawat.

Kapuspen TNI AU, Marsma Dwi Badarmanto mengatakan proses penyelidikan terhadap flight record super tucano masih terus berjalan. TNI AU melakukan investigasi terhadap 5m yakni manusia, media, mesin, metode dan manajemen.

“Semua kejadian itu kan tidak ada yang diinginkan. Tentu setelah terjadi satu peristiwa, kami langsung melakukan evaluasi,” ujar Dwi yang dihubungi melalui telepon. – dengan laporan Dyah Pitaloka/Rappler.com

BACA JUGA:

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!