Pokemon GO: Tren ‘booming’ sambil lalu?

Zikry Auliya Ghifary

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Mengapa Pokemon GO akan dapat membuat penggunanya cepat bosan dan meninggalkan game kesayangan ini. Hanya sebatas nostalgia?

Sebuah Pokemon berhasil ditangkap ke dalam PokeBall dalam aplikasi Pokemon Go. Foto oleh Adinda Putri/Rappler

Pokemon GO baru-baru ini menjadi viral karena menawarkan konsep permainan augmented reality yang sebelumnya nyaris tidak terdengar di kalangan publik umum Indonesia. 

Game ini merupakan hasil kerja sama Niantic, sebuah anak perusahaan Google dengan Nintendo. 

Dalam hitungan hari, Pokemon GO melesat sebagai tren yang sangat booming secara global. Bermodalkan smartphone, game ini berhasil memikat berbagai jenis pemain dari berbagai latar belakang, mulai dari anak sekolah, mahasiswa, pegawai kantoran, hingga ibu rumah tangga.  

Sebuah perusahaan media sosial, Spreadfast menyebutkan bahwa hanya dalam kurun waktu kurang dari satu pekan,  telah terdapat sekitar 6 juta mentions terhadap kata “Pokemon” di Twitter. 

Berbagai media nasional juga secara massif ikut meliput kehebohan Pokemon GO dalam kehidupan masyarakat, bahkan beberapa mengutip pernyataan pejabat publik dengan tren yang sedang marak di kalangan usia 20-30 tahun ini.

Sebagai fans berat Pokemon, saya sangat mengapresiasi munculnya game dengan konsep unik untuk membawa saya kembali ke kenangan masa kecil yang membuat saya sempat kecanduan mencari Pokemon berkeliling di berbagai tempat selama beberapa hari.

Namun dari sisi lain, ada beberapa hal yang menurut saya game ini membosankan dan tidak akan menjadi tren yang mem-booming dalam jangka panjang. 

(BACA: Popularitas Pokémon GO telah melebihi Tinder, tapi berpotensi cepat bosan)

Hanya sebatas nostalgia?

Proposisi utama yang ditawarkan Pokemon GO adalah nostalgia sambil lalu. Mengapa demikian? 

Hal yang menarik yang ditawarkan hanyalah aspek Pokemon itu sendiri, bukan pada gameplay yang cukup menarik yang bisa bertahan lama. Apakah gamers mau dan rela bermain game yang membuat mereka sibuk hilir mudik ke sana ke mari berjalan tanpa arah mencari Pokemon jika tanpa ada unsur nostalgia di dalamnya? 

Saya ragu jika ada yang tertarik melakukan hal demikian. Bagaimana kalau pemain lama-lama telah bosan dengan Pokemon, apakah ada unsur yang bisa membuat pemain tetap bermain dengan riang sebagaimana biasanya? 

Jika 150 Pokemon yang tergolong cukup sedikit dari seluruh versi Pokemon yang ada telah berhasil ditangkap sebagai koleksi, kemudian mereka dilatih untuk mencapai Combat Power tertinggi dan pemain telah mengumpulkan berbagai item penting untuk menangkap pokemon. 

Apakah akan ada kepuasan lain selain leveling dan menangkap seluruh Pokemon yang ada? 

Saya rasa tidak. Pada titik inilah pemain biasanya berhenti untuk bermain dan opsi untuk menjual akun Pokemon GO menjadi hal yang tidak mungkin karena mereka menggunakan alamat email mereka masing-masing

Kedua, sekalipun Pokemon GO dianggap menarik, namun ada beberapa unsur yang membuatnya menjadi kurang menarik. 

Pertama adalah tidak terdapatnya fitur bagi pemain untuk bertarung Player vs Player (PVP) secara real time. Sebagai game berbasis online, ini adalah aspek yang tidak bisa dinegosiasikan, karena jika pemain hanya bertarung dengan trainer lain secara offline melalui Gym maka itu tidak dapat disebut sebagai PVP. 

Akan lebih menarik jika Niantic menambah fitur PVP. Trading pokemon sesama pemain juga merupakan fitur yang menarik yang seharusnya dikembangkan oleh Niantic sebagai developer.

Pokemon tersebar di berbagai regional, tiap daerah pada umumnya memiliki jenis Pokemon yang belum tentu serupa, sebagai contoh pemain yang tinggal di pinggir kota seperti saya tidak memiliki pokemon seperti Zubat ataupun Psyduck, saling trading antar pemain menjadi opsi yang menarik.  

Sarana komunikasi via game dengan pemain lainnya juga menjadi aspek penting dalam game karena meskipun berasal dari Gym yang sama, belum tentu trainer saling mengenal satu sama lain. Akan lebih baik jika ada opsi untuk bisa berkomunikasi dan interaksi sesama trainer yang secara visual karakternya juga terlihat di dalam layar. 

Faktor yang paling krusial adalah meng-upgrade jumlah Pokemon yang seharusnya lebih banyak jumlahnya daripada 250, yaitu sekitar 700 Pokemon. Pokemon GO merilis mayoritas Pokemon yang berasal dari versi Pokemon terdahulu, kita dapat melihat bahwa versi Pokemon terbaru seperti Cyndaquil, Totodile, Chikorita yang tidak kalah menarik dari pokemon versi terdahulu tidak ada dalam Pokedex trainer

Jika dalam waktu dekat Niantic tidak menawarkan fitur baru, maka kemungkinan besar Pokemon GO akan menjadi sangat membosankan. 

Meskipun demikian, tidak dapat dinafikan bahwa Pokemon GO merupakan terobosan penting dalam mobile gaming yang mampu menjadi trendsetter dalam mode permainan augmented reality ataupun permainan yang mengharuskan pemain untuk bergerak dan berjalan di lingkungan sekitar sebagai elemen dalam gameplay

Bahkan di sisi lain, ini dapat menjadi tren baru bagi marketer untuk mempromosikan produk dan jasa mereka menggunakan Poke Stop sebagai proposisi. Namun demikian, perbaikan fitur merupakan sebuah keharusan bagi Pokemon GO untuk tetap digemari oleh para pecinta dan fans pokemon. —Rappler.com

Zikry Auliya Ghifary adalah peneliti di Reality Check Approach DFAT Australia. Di sela kesibukannya ia sangat menikmati touring, snorkeling dan mencicipi berbagai jenis kuliner.  Ikuti kegiatannya melalui Instagram @zikryauliya.

Baca laporan Rappler tentang Pokemon GO:

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!