Miss World Philippines

Menjaring popok bayi di Kali Surabaya

Amir Tedjo

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Menjaring popok bayi di Kali Surabaya
Popok sekali pakai membutuhkan waktu 40 tahun untuk terurai

SURABAYA, Indonesia — Selama tiga hari aktivis dari Ecological Observation and Wetlands Conservation (ECOTON)  melakukan bersih-bersih Kali Surabaya. Hasilnya, mereka berhasil ‘menjaring’ tiga kuintal lebih popok bayi sekali pakai. 

Angka yang menakjubkan. Namun tiga kuintal popok yang terjaring di Kali Surabaya itu belum seberapa, sebab masih banyak popok lain yang tidak sempat dipungut dari kali tersebut.

Berdasarkan survei lapangan Ecoton kepada 100 orang warga di wilayah Wringinanom (Gresik) hingga Jambangan (Surabaya), 61% responden menggunakan lebih dari empat popok sekali pakai per hari dan 36% lainnya menggunakan 2-4 popok sekali pakai per hari.  

Namun tingginya penggunaan diaper ini tidak diikuti dengan tersedianya sarana penampungan limbah. Ini menjadikan beban lingkungan terhadap polusi menjadi semakin berat. Meskipun 89% responden yang diwawancarai menyatakan mereka membuang limbah popok sekali pakai ke tempat sampah. 

Namun, setelah dicermati selama dilakukan evakuasi, tempat sampah yang dimaksud berada di tepian sungai, sehingga apabila meleset saat melempar atau banjir, limbah popok sekali pakai tersebut akan tetap masuk ke sungai. 

Data BPS Jatim pada 2013 menyebutkan populasi anak di bawah usia 5 tahun sebesar 1,592,525 yang merupakan pasar potensial bagi produk popok sekali pakai di Jatim.

Dengan asumsi bahwa setidaknya 42.16% populasi penduduk Jatim tinggal di wilayah sungai (WS) Brantas (BBWS Brantas, 2011), dan penggunaan minimal 4 popok/hari maka setidaknya ada 2,685,634 popok bekas pakai/ hari. 

Bila dikalikan 365 hari dan berat diaper bekas pakai 10 gr/popok maka popok bekas pakai di WS Brantas sebesar 9,802 ton popok bekas pakai/tahun. Tidak ada data yang jelas terkait besaran diaper bekas pakai yang masuk ke TPA dan sisanya yang masuk ke sungai.

“Menurut pencari cacing sutra yang lokasi kerjanya berada di Kali Surabaya, tepatnya di sekitar Jembatan Karang Pilang membenarkan bahwa dasar sungai tertutup oleh popok bekas pakai,” kata Prigi Arisandi Direktur Ecoton, Surabaya 13 Juli 2017. 

Kata Prigi, popok bekas pakai yang berada di sungai, tak hanya mencemari secara fisik, namun juga kimia. Perlu diingat bahwa popok sekali pakai membutuhkan waktu untuk terurai selama 400 tahun. 

Selain permasalahan lamanya waktu terurai, bahan kimia yang digunakan dalam popok sekali pakai juga turut menambah permasalahan pencemaran air di Kali Surabaya. 

Klorin yang digunakan sebagai pemutih kertas menghasilkan bahan kimia sampingan: dioksin. Pencegah bau pada popok menggunakan ptalat yang juga  dikenal sebagai salah satu penyebab iritasi. 

Satu lagi yang tidak kalah, penting terdeteksinya tributiltin (TBT). Tiga senyawa dioksin, ptalat, dan tributiltin merupakan senyawa pengganggu hormon yang menyerupai hormon estrogen. 

Lepasnya ketiga senyawa ini ke air, menjadi salah satu penyebab 20% ikan bader jantan yang hidup di Kali Mas berubah menjadi interseks. Belum lagi komponen plastik yang digunakan ketika terendam air akan terdegadrasi menjadi bentuk yang lebih kecil lagi, yang disebut mikro dan nano plastik. 

Nano dan mikro plastik terlepas masuk ke dalam rantai makanan pada akhirnya akan kembali ke manusia dalam bentuk bahan pangan, seperti ikan, kerang dan produk konsumsi lainnya yang berasal dari sungai. 

Oleh karena itu, Ecoton mendesak kepada Walikota Surabaya agar menginisiasi kerjasama antara Pemkab Mojokerto, Pemkab Gresik dan Pemkab Sidoarjo untuk menyelesaikan secara bersama-sama permasalahan pencemaran popok sekali pakai. 

Mereka patut diajak bertanggungjawab, karena pencemaran popok di Kali Surabaya itu, juga kiriman dari daerah-daerah tersebut.  

Ecoton juga mendesak forum ini agar mendorong Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) serta Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) untuk melakukan pemulihan kualitas air sungai Kali Surabaya, karena Kali Surabaya bukan tempat sampah. —Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!