SUMMARY
This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.
JAKARTA, Indonesia – Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Anzar Simanjuntak meminta polisi agar secepatnya mengungkap pelaku penyiraman air keras terhadap Novel Baswedan. Ia mengaku khawatir terhadap dua hal, selain pelaku yang sebenarnya tidak tertangkap, ujung-ujungnya kasus itu akan berakhir dengan penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang dikriminalisasi.
Menurut Dahnil, sinyalemen itu sudah mulai terlihat. Salah satunya Novel disebut sebagai pihak yang menghalang-halangi proses penyelidikan.
“Kemudian, Novel disebut tidak mau diBAP (Berita Acara Pemeriksaan). Padahal, tanpa diBAP pun, secara substansi polisi sudah berdiskusi dengan Novel. Data-data intelijen yang dimiliki oleh kepolisian sebenarnya sudah cukup untuk menangkap pelaku penyerangan,” ujar Dahnil ketika berbicara dalam acara diskusi di Jakarta Pusat pada Sabtu, 5 Agustus.
Tetapi, polisi justru mengatakan data itu tidak cukup dan harus bertanya kepada Novel.
“Yang mau ditanyakan ke Novel itu apa? Apakah menyangkut dugaan keterkaitan kasusnya dengan para jenderal. Justru, itu malah menjauhkan fokus awal pemeriksaan yang ingin mencari pelaku penyerangan,” tuturnya.
Lagipula, Novel menduga adanya keterlibatan jenderal di balik kasus penyerangannya, karena peristiwa yang dialami sudah berlalu lebih dari 112 hari, tetapi polisi belum berhasil mengungkap identitas eksekutor. Apalagi otak di balik penyerangannya.
“Biasanya, jika ada sumbatan atau bottleneck berarti karena ada sesuatu yang besar yang menghalangi,” kata dia.
Dahnil mengaku khawatir jika kasus ini dibiarkan berlarut-larut, justru Novel yang akan dipersalahkan. Sementara, ia sudah menjadi korban penyerangan air keras.
Komitmen pemerintah diragukan
Dalam kesempatan itu, Dahnil juga meragukan komitmen pemerintahan Presiden Joko “Jokowi” Widodo yang bolak-balik mengatakan ingin memperkuat KPK. Sebab, kecenderungannya pemerintah justru menunjukkan hal yang sebaliknya.
“Yang mendorong revisi UU KPK itu adalah Menkum HAM yang noteben anak buahnya Pak Jokowi. Jadi, jangan hanya sekedar pernyataan verbal tanpa disertai bukti,” katanya.
Sebab, upaya gerilya untuk melemahkan KPK terlihat jelas. Khususnya melalui pansus yang tengah berlangsung di DPR.
Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian pada Senin, 31 Juli telah menghadap kepada Presiden Jokowi. Ia mengaku menjelaskan perkembangan pengusutan kasus Novel di tengah kuatnya tekanan agar membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Independen.
Tito coba meredam tuntutan itu dengan mengatakan saat ini sudah dibuat tim gabungan antara kepolisian dengan KPK untuk mengusut kasus Novel. Mantan Kapolda Metro Jaya itu secara resmi juga mengumumkan sketsa terduga salah satu pelaku penyerangan. – Rappler.com
BACA JUGA:
- SAKSIKAN: Pesan Novel Baswedan kepada penyerangnya
- Presiden Jokowi perintahkan Kapolri tangkap penyerang Novel Baswedan
- Ini ciri fisik salah satu penyerang Novel Baswedan
Add a comment
How does this make you feel?
There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.