Philippine arts

FOTO: Menikmati koleksi lukisan Istana Kepresidenan

Diego Batara, Muhammad Harvan

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

FOTO: Menikmati koleksi lukisan Istana Kepresidenan
Menyuguhkan 48 lukisan karya 41 pelukis ternama

JAKARTA, Indonesia –Kementerian Sekretariat Negara kembali menggelar Pameran Lukisan Koleksi Istana di di Galeri Nasional Indonesia. Pameran lukisan ini merupakan bagian dari rangkaian Peringatan Bulan Kemerdekaan HUT RI ke-72.

Mengusung tema ‘Senandung Ibu Pertiwi’, pameran ini dibuka untuk umum pada 2-30 Agustus 2017. Berbeda dengan tahun lalu, pameran tahun ini memajang 48, lebih banyak dari tahun lalu.

48 lukisan itu merupakan karya dari 41 pelukis ternama Indonesia antara abad 19 dan abad 20, serta arsip dan dokumentasi yang berkaitan dengan materi pameran dan pemelharaan koleksi Istana Kepresidenan pada ruang khusus.

Tak ketinggalan, pameran lukisan tahun ini juga menampilkan lukisan ‘Perkawinan Adat Rusia’, mahakarya Konstantin Egorovick Makovsky yang merupakan salah satu lukisan paling berharga yang menjadi koleksi Istana Kepresidenan.

Selain untuk memeriahkan peringatan HUT RI Ke-72, pameran ini juga ditujukan untuk menunjukkan karya-karya unggulan seniman Indonesia kepada komunitas internasional.

Lokasi pameran ini dibagi menjadi beberapa ruangan yang merepresentasikan tema tertentu, mulai dari Keragaman Alam; Dinamika Keseharian; Tradisi dan Identitas; serta Mitologi dan Religi.

Pada tema Keragaman Alam, mata para pengunjung akan disajikan lukisan-lukisan bergaya Mooi Indie, istilah seni rupa Indonesia yang merujuk pada lukisan yang mencitrakan keindahan alam yang dimiliki oleh Indonesia, atau dulu dikenal sebagai Hindia-Belanda.

Para pelukis tema ini pada zamannya telah mencitrakan tempat-tempat yang berbeda-beda. Mulai dari Sumatra, Jawa, hingga Sulawesi. Ini menandakan para pelukuis saat itu telah menyebar ke berbagai pelosok, merekam pemandangan alam yang menjadi harta karun kekayaan Ibu Pertiwi.

Lain hal nya dengan tema Dinamika Keseharian, tema ini menyajikan pencitraan para pelukis terhadap kehidupan sehari-hari dan dinamika sosial. Para pelukis di era 1950an ini memiliki kecenderungan menampilkan refleksi kondisi masyarakat pada masa itu ketimbang keindahan alam.

Salah satunya adalah lukisan ‘Lelang Ikan’, karya Itji Tarmizi, yang memotret masalah dan kehidupan keras para nelayan. Mereka digambarkan sebagai sosok-sosok berkulit agak gelap, bertelanjang dada, dan lengan berotot, sedang bertransaksi di sebuah pasar yang dikuasai oleh pemodal besar, berbadan besar, dan tertawa besar. 

Lukisan ini seakan mengandung pesan subliminal berupa sindiran atau mungkin kritik atas realitas sosial yang terjadi pada masa itu.

Tema ketiga adalah Tradisi dan Identitas. Pihak penyelenggara menampilkan tema ini dengan menyajikan 15 lukisan perempuan berkebaya yang kerap diidentikkan dengan pakaian identitas perempuan Indonesia.

Kebaya yang pada awalnya adalah sebuah instrumen pembeda kelas sosial antara pemerintah kolonial belanda dan masyarakat pribumi, menjelma jadi identitas dan atribut keseharian dari bangsa yang baru saja merdeka.

Kebaya juga menjadi elemen favorit bagi para seniman dalam menggambarkan ragam wanita berpose individual dan mandiri, yang jadi pengaya identitas dan idealisasi wanita Bumi Pertiwi.

Seni lukis Indonesia tidak selalu berhubungan dengan realitas. Seringkali, erat hubungannya dengan urusan spiritualitas dan religi. Koleksi lukisan istana kepresidenan, tak sedikit yang menggambarkan kepercayaan dari masyarakat Indonesia pada masa itu.

Tema Mitologi dan Religi menyajikan pengamatan sang pelukis pada nilai-nilai spiritual dari praktek kepercayaan yang dianut oleh masyarakat Indonesia saat itu. Praktek ritual ini diamati, dihayati, lalu direpresentasikan ke dalam alam penggambaran yang kadang bersifat realistis, kadang dekoratif, hingga penggambaran dalam wujud abstrak. 

Salah satunya adalah lukisan ‘Bertapa’ karya Walter Spies di tahun 1930, yang menggambarkan seseorang tengah bersemedi menyucikan diri di sebuah tempat. Permainan aspek cahaya di antara lindap dan gelap dalam karya ini, menguatkan pesan mistis dan religiusitas yang jadi ciri masyarakat saat itu.

Lewat keempat tema dan pilihan karya-karya yang ditampilkan tersebut, Tim kurator berharap para pengunjung dapat menyerap pesan tersirat tentang sosok sang Ibu Pertiwi yang digambarkan para pelukis lewat karyanya. 

Berikut beberapa lukisan yang dipamerkan dalam acara ini:

Salah satu lukisan koleksi Istana Kepresidenan yang dipamerkan di Galeri Nasional. Foto oleh Diego Batara/Rappler

 Salah satu lukisan koleksi Istana Kepresidenan yang dipamerkan di Galeri Nasional. Foto oleh Diego Batara/Rappler

Salah satu lukisan koleksi Istana Kepresidenan yang dipamerkan di Galeri Nasional. Foto oleh Diego Batara/Rappler

Salah satu lukisan koleksi Istana Kepresidenan yang dipamerkan di Galeri Nasional. Foto oleh Diego Batara/Rappler

Salah satu lukisan koleksi Istana Kepresidenan yang dipamerkan di Galeri Nasional. Foto oleh Diego Batara/Rappler

Salah satu lukisan koleksi Istana Kepresidenan yang dipamerkan di Galeri Nasional. Foto oleh Diego Batara/Rappler

Salah satu lukisan koleksi Istana Kepresidenan yang dipamerkan di Galeri Nasional. Foto oleh Diego Batara/Rappler

—Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!