US basketball

Kegelisahan Adinia Wirasti mengamati fenomena penggunaan gadget

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Kegelisahan Adinia Wirasti mengamati fenomena penggunaan gadget
Demi mengurangi konsumsi gadget, Adinia mengaku minimal 4 jam dalam sehari tidak menggunakan smartphone-nya

JAKARTA, Indonesia —Aktris Adinia Wirasti kini tengah sibuk mempersiapkan syuting film terbarunya garapan sutradara Ernest Prakasa yang berjudul Susah Sinyal.

Perempuan berusia 30 tahun ini mengaku senang bisa bekerjasama dengan Ernest di film terbarunya. Ernest sendiri bertindak sebagai sutradara, penulis naskah dan pemain di film ini. “Saya merasa punya chemistry kerja yang baik dengan Ernest Prakasa. Saya pengagum tulisan dia. He’s a very good writer, very good director. Dan untuk berkarya sama dia I’m very honoured,” ujar Adinia saat ditemui di press conference film Susah Sinyal di Comic Cafe, Tebet, Jakarta Selatan, Selasa, 5 September.

Selain alasan ingin bekerjasama dengan Ernest, Adinia melihat jalan cerita Susah Sinyal sebagai kegelisahan pribadinya. Suatu kegelisahan melihat fenomena penggunaan gadget saat ini. Adinia berperan sebagai seorang ibu tunggal bernama Ellen.

“Film ini, seperti judulnya, bercerita tentang susah sinyal, berangkat dari kegelisahan saya yang melihat orang udah lebih menghargai apa yang mereka lihat di layar telepon dibanding ketemu langsung. Di cerita ini menceritakan hubungan ibu dan anak yang seperti itu. Dan ketika saya sudah masuk konflik sebagai single mother korban perceraian, bukan hal yang main-main. This is a serious matter yang harus dicari solusinya dan cara Ernest mengemas konflik ini dengan komedi brilian banget. Prinsip saya ketika di-pitching sama sutradara dan saya suka energi dia, pasti saya mau main.”

Ellen, karakter yang diperankan Adinia, digambarkan sebagai single mother yang berprofesi sebagai pengacara. Demi peran ini, Adinia pun mengaku melakukan riset sebelum syuting. “Saya bertemu dengan beberapa orang-orang di bidang hukum. Ernest ngasih banyak saya PR harus baca ini baca itu. Saya terus bicara sama Ernest, komunikasi sama dia, kalau ada pertanyaan hal sekecil apapun, saya komunikasi sama dia. Yang lebih penting gimana saya menjadi perempuan 35 tahun punya anak satu berumur 17 tahun. Jadi saya ingat-ingat waktu umur 17 tahun gimana ya. Saya kan jarang nonton film buat referensi, tapi untuk susah sinyal saya nonton beberapa kayak cerita ibu dan anak yang situasinya single parent.” 

Syuting film Susah Sinyal ini nnatinya dilakukan di Sumba, yang jelas-jelas memang tidak memiliki jaringan sinyal yang cukup kuat. Tapi itu tidak jadi halangan bagi Adinia. Karena justru saat tak ada sinyal, ia merasa menikmati waktu lebih baik. “Jadi ketika handphone saya nggak ada sinyal kayak, ‘Oh, okay this is my me time’. Ketika kerja dan enggak ada sinyal akan jadi blessing banget,” kata Adinia. 

Tanpa sinyal, Adinia tidak kehabisan aktivitas. Apalagi syuting di Sumba tentu tidak pernah membosankan. “Hidup saya bukan full by Instagram atau you know the other social media.” 

Tak hanya membiasakan diri untuk kebutuhan peran, Adinia memang mengaku membatasi penggunaan gadget sehari-harinya di kehidupan nyata. Karena itu, jika tak ada sinyal pun, ia tidak cepat bosan. “Soalnya saya membiasakan diri minimal dalam sehari 4 jam enggak megang telepon. Karena kegelisahan saya orang-orang ketemu satu meja tapi pada gini semua (sambil memeragakan memegang handphone). Satu keluarga bisa ketemu tapi megang telepon. Dan saya tipe orang yang kalau lagi ngomong pengin ngelihat muka lawan saya untung ngerasain energi, like what your feeling? What your reaction? Itu penting. Kita perlu sadar kalau momen jauh lebih penting dan itu yang susah didapat.”

Di luar itu, sebisa mungkin Adinia tetap mengontrol diri dan membatasi pengunaan gadget. Jika tak terllau perlu, ia mencoba menghindar sebisanya. “Kalau enggak perlu-perlu banget ya enggak usah. Apalagi kalau saya lagi kerja, syuting, bedah skenario, ya ditaruh dulu. Kebetulan tim saya udah ngerti kalau saya enggak angkat telepon, enggak balas text messages, enggak ada suara, berarti sedang melakukan sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan,” yang prihatin dengan kecenderungan fenomena gadget addict di masyarakat.

“Setahun belakangan dan semakin ke sini semakin agak deg-degan sih karena semua orang-orang banyak punya gadget, minimal lebih dari satu, jadi kalau ketemu kayak gadget addict.” —Rappler.com

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!