OPEC ramalkan harga minyak pada 2020

Uni Lubis

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Negara dengan harga produksi minyak yang lebih mahal siap tersingkir dari pasar

Permintaan terhadap minyak OPEC diperkirakan turun pada 2020. Foto oleh EPA

JAKARTA, Indonesia — Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) meramalkan bahwa harga minyak bakal meningkat kembali di tahun-tahun mendatang. OPEC juga merencanakan untuk memangkas produksinya pada 2019. 

Permintaan terhadap minyak OPEC diperkirakan turun pada 2020, sebagai akibat dari bertambahnya produksi dari negara-negara non-OPEC.

Pada Rabu, 23 Desember, OPEC meluncurkan laporan bertajuk World Oil Outlook, di Wina, Austria. Dalam laporan itu terlihat bahwa OPEC akan memproduksi 30,7 juta barel per hari pada 2020. 

Jumlah itu lebih banyak 1,7 juta barel dibanding perkiraan yang dikeluarkan setahun lalu, dan 1 juta barel lebih rendah ketimbang produksi November 2015.

Masih besarnya produksi OPEC menunjukkan bahwa organisasi yang berdiri pada 1960 di Baghdad, Irak, ini berusaha keras untuk mempertahankan pangsa pasarnya, terutama menghadapi negara produsen besar seperti Amerika Serikat dan Rusia. 

Tetapi biaya yang harus dibayar  OPEC cukup mahal, mengingat harga minyak yang terus turun. Harga minyak mentah Brent mencapai titik terendah dalam 11 tahun terakhir, menjadi US$ 36,04.

“Meski harga minyak yang terus turun akan mendorong naiknya konsumsi, tetapi pertumbuhan permintaan akan dibatasi oleh faktor-faktor lain,’’ demikian pernyataan OPEC. 

Faktor lain yang dimaksud adalah hilangnya subsidi, pengendalian harga di sejumlah negara, dan meningkatnya efisiensi.

Produksi 12 anggota OPEC sebesar 30,7 juta barel pada 2020 berarti hanya 300.000 barel di bawah produksi yang disepakati tahun ini. Sebelumnya, sejumlah anggota OPEC ditengarai memproduksi minyak di atas angka yang disepakati, dan secara diam-diam memasoknya ke pasar. Kelebihan produksi menjadi penyebab utama rontoknya harga.

Gubernur OPEC dari Indonesia, Widhyawan Prawiraatmadja, mengatakan, susah untuk memprediksi kapan harga minyak akan kembali naik. 

Ia mengutip prediksi OPEC yang menyebutkan harga minyak akan mencapai kisaran US$ 80 pada 2020. Kalau harga yang tinggi itu tercapai, diperkirakan kenaikannya melalui proses mirip bandul ayunan, setelah naik tinggi kemudian anjlok, setelah itu naik lagi, lalu turun, baru kemudian naik. 

Penurunan produksi sudah tercapai karena baik OPEC maupun negara non-OPEC susah mencapai kesepakatan. 

“OPEC tetap mempertahankan produksinya, dengan maksud agar mereka yang ongkos produksinya mahal, segera menyingkir saja,” kata Widhyawan. 

“Jadi bisa dikatakan, ini adalah pelaksanaan mekanisme pasar cara OPEC,” katanya.

Dalam waktu dekat, besar kemungkinan produksi minyak akan bertambah, mengingat sanksi terhadap Iran akan segera berakhir. Tetangga Iran, yakni Irak, juga akan segera menambah produksinya setelah situasi dalam negeri membaik.

Indonesia sendiri akan mengurangi ketergantungan impor minyak dengan menggenjot investasi pembangunan kilang. Rappler.com

BACA JUGA:

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!