SUMMARY
This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.
JAKARTA, Indonesia —Jika ditanya, pasti semua orang mendambakan pasangan yang sempurna. Tapi tentu saja, setiap manusia memiliki kekurangannya masing-masing. Begtu pula dengan urusan pasangan.
Setiap hubungan ada resikonya. Termasuk ketika kamu ternyata memiliki pasangan dengan sifat yang mudah marah atau tersulut emosinya. Sebagai pasangan yang baik, kamu harus bisa menerima dia apa adanya. Bukan cuma karena kelebihannya tapi juga kekurangannya.
Sekarang tergantung di dirimu, bagaimana mengatasi dan mengendalikan diri ketika dihadapkan ke situasi saat kekasihmu gampang marah. Jangan buru-buru galau dan panik. Berikut 3 cara jitu untuk mengatasi pasanganmu yang mudah marah.
Tetap tenang
Banyak penyebab atau pemicu seseorang mudah marah. Bisa karena masalah atau memang kondisi lingkungan di sekitarnya. Sebagai orang terdekat, cobalah untuk tidak menimpali masalah dan amarah dengan masalah baru. Kamu harus tetap bisa berkepala dingin dan tenang.
Berusahalah diam dan mendengarkan dengan baik semua keluhan dan amarahnya. Jangan ikut berbicara atau menimpali. Tarik napas dan dengarkan semuanya. Coba bayangkan saja masa-masa indah atau lucu yang pernah kalian lalui untuk mengelabui pikiranmu agar tidak ikut emosi.
Ajak bercanda
Jika amarah pasangan membuyarkan momen romantis kalian, tentu keadaan akan menjadi canggung. Di sinilah peranmu sebagai pasangan diuji. Kamu harus berbesar hati dan berani melawan arus. Jangan terbuai dengan kecanggungan. Cairkan suasana dengan mengajaknya bercanda. Ini akan jadi pengalihan amarah yang tepat dan bisa meredakan emosinya. Cobalah untuk mengubah bad mood jadi good mood.
Saat sudah tenang, ajak dia bicara
Semua soal timing yang tepat. Ditambah ekstra kesabaran tentunya. Bagaimanapun juga, amarah itu pasti akan berlalu. Jika suasana sudah tenang dan suasana hatinya membaik, barulah kamu bisa mencoba mengajaknya berbicara. Jangan buru-buru dan memaksakan, karena bisa beresiko memicu amarahnya kembali.
Saat amarah sudah bisa ditepikan, buat dia tersenyum dan barulah coba gali alasan yang membuatnya marah. Dari situ, berikan masukan atau diskusikan apa yang meresahkan hatinya.—Rappler.com
Artikel ini merupakan hasil kerjasama Rappler Indonesia dengan IDN Times
Add a comment
How does this make you feel?
There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.