3 hal yang dapat Go-Jek perbaiki, menurut para ‘driver’

Nadine Freischland

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

3 hal yang dapat Go-Jek perbaiki, menurut para ‘driver’

emye

Saran-saran dari pengemudi Go-Jek agar perusahaan ini menjadi lebih baik

JAKARTA, Indonesia — Hampir setiap hari media di Indonesia menampilkan berita terbaru terkait aplikasi layanan transportasi dan kurir online Go-Jek. Selain informasi menarik mengenai fitur-fitur terbarunya, tak sedikit pula berita tentang Go-Jek yang bernuansa negatif.

Dimulai dari protes para tukang ojek tradisional yang menentang kehadiran Go-Jek, hingga penyerangan yang menimpa kantor Go-Jek di Kemang, Jakarta Selatan.

Apapun masalah yang menimpa perusahaan ini, nyatanya kehadiran Go-Jek tidak dapat dihentikan. Janji-janji Go-Jek kepada para pengemudi (pendapatan yang lebih banyak dan kerja yang lebih efisien) serta penumpang (lebih aman, promo tarif murah) membungkam kritik yang ada.

Pada pertengahan tahun lalu, Go-Jek melakukan rekrutmen driver besar-besaran untuk memperbesar jaringan mereka.

Namun, tidak seluruh hal berjalan baik untuk Go-Jek.

Hidayat, Sadarno, dan Lokot adalah tiga orang driver yang menceritakan pengalaman mereka selama bermitra dengan startup besutan Nadiem Makarim ini. Mereka mengetahui banyak hal tentang pemberitaan Go-Jek di media, termasuk suspension terhadap 7.000 pengemudi yang diduga melakukan penipuan pada perusahaan.

(BACA: Mengapa Go-Jek terburu-terburu dalam berhentikan ribuan pengemudinya?)

Mereka bertiga bergabung dengan Go-Jek sejak empat bulan lalu, melalui acara rekrutmen massal pada bulan Agustus. Bersama-sama, kami mengidentifikasi tiga hal yang perlu dilakukan perusahaan untuk menghapuskan citra kurang sedap yang selama ini menimpa Go-Jek.

1. Cara komunikasi dan perlakukan terhadap pengemudi

Sopir Go-Jek menyuarakan kegelisahan mereka sebagai 'mitra'. Foto dari go-jek.com

Ketiga narasumber tidak pernah menerima skors atau teguran dari Go-Jek, namun mereka mengakui cara komunikasi perusahaan dengan pengemudi seharusnya bisa lebih baik.

“Kami disebut sebagai mitra, tapi tidak pernah dilibatkan dalam pengambilan keputusan,” kata Hidayat. Ia merupakan yang paling aktif dalam diskusi.

“Ketika mereka menaikkan tarif, kami tidak dapat memberikan masukan apapun. Jika kami benar-benar dianggap sebagai mitra, seharusnya kami juga dilibatkan.”

Hidayat juga mengkritisi perusahaan yang merekrut terlalu banyak driver dalam waktu singkat. “Dulu kami adalah satu tim, tapi sekarang kami adalah kompetitor.” 

Menurut Hidayat, akhir-akhir ini cukup sulit untuk mendapat pesanan. Sepertinya GrabBike lebih baik dalam menyeimbangkan permintaan dan penawaran.

“GrabBike merekrut dalam beberapa gelombang, dan memastikan setiap gelombangnya mendapatkan driver yang cukup,” ujarnya.

Jika sebelumnya para sopir Go-Jek dapat menunggu pesanan datang, sekarang mereka harus berkeliling “menangkap” para penumpang. Pengemudi yang “pintar” dapat menggunakan aplikasi “FakeGPS” sehingga mereka bisa seolah-olah berada di lokasi tertentu, namun penggunaan aplikasi ini sekarang sudah dilarang.

Belum jelas apakah penggunaan aplikasi ini dianggap sebagai tindakan pelanggaran oleh pihak perusahaan. Pihak Go-Jek juga tidak menjawab pertanyaan kami tentang FakeGPS. Menurut Hidayat, penggunaan FakeGPS tidak salah karena pesanan yang diambil benar-benar ada.

Para pengemudi Go-Jek tidak mempunyai organisasi formal yang dapat membantu mereka berbicara kepada pihak manajemen Go-Jek. Membangun sebuah badan representasi dapat membantu para driver untuk melakukan mediasi konflik yang dapat muncul di kemudian hari.

2. Fokus pada produk utama

Ekspansi Go-Jek meliputi Go-Mart, Go-Send, Go-Glam, Go-Massage, Go-Box dan sebagainya. Foto dari go-jek.com

Aplikasi Go-Jek sangat sering error. Pesanan kadang tidak dapat dibatalkan, dan ketika aplikasi sedang error sangat sulit untuk menghubungi pusat layanan.

Para pengemudi sepertinya juga mengalami hal yang sama. Jika driver dinilai berdasarkan jumlah double booking, pembatalan, dan hal lainnya yang bertumpu pada aplikasi, Go-Jek harus memprioritaskan kualitas aplikasinya.

Bukannya memperbaiki aplikasi yang sudah ada, Go-Jek justru berencana membuat sesuatu yang baru di awal tahun depan.

(BACA: 4 bocoran tentang ekspansi Go-Jek terbaru)

3. Mengeluarkan lebih banyak data

Tim Go-Jek bekerja di kantor mereka. Foto dari go-jek.com

Ketiga driver yang diajak bicara tidak pernah berprofesi sebagai tukang ojek sebelumnya. Hidayat sebelumnya bekerja di sebuah restoran di kawasan bisnis, namun memutuskan untuk menjadi driver Go-Jek karena ia ingin lebih bebas.

Sedangkan Lokot dan Sadarno memiliki pekerjaan sampingan di samping sebagai sopir Go-Jek. Mengemudikan sepeda motor untuk Go-Jek hanyalah satu dari beberapa sumber penghasilan mereka.

Namun mereka mengemukakan masukan untuk orang-orang yang bekerja full-time sebagai Go-Jek seharusnya diberikan lebih banyak pesanan.

Go-Jek mempunyai banyak data tentang orang-orang yang bekerja di sektor informal dan ingin ikut berperan dalam dunia industri jasa Indonesia, termasuk kebersihan, kecantikan, dan jasa pijat.

(BACA: 3 amunisi Go-Jek tembus ranah gaya hidup: Go-Glam, Go-Clean, dan Go-Massage)

Go-Jek dapat memperbaiki citranya dengan mengeluarkan lebih banyak data yang akan membuat masyarakat mengerti tentang pentingnya industri jasas on-demand.

Kesetiaan tidak digaransi

Hidayat, Sudarno, dan Lokot mengaku bahwa Go-Jek merupakan kesempatan yang mereka miliki saat ini, tapi tidak akan selamanya.

“Kami bisa bertahan sebelum Go-Jek, jadi kami juga bisa bertahan jika tidak ada Go-Jek lagi,” kata Hidayat.

Hidayat mengatakan bahwa saat ini ia loyal kepada Go-Jek, namun tidak menutup kemungkinan tertarik untuk bergabung dengan perusahaan lain jika penawaran yang diberikan lebih menarik. —Rappler.com

Tulisan ini sebelumnya diterbitkan di situs Tech in Asia dalam bahasa Inggris

BACA JUGA:

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!