SUMMARY
This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.
JAKARTA, Indonesia (UPDATED) — Seorang ibu di Serang, Banten — yang belakangan diketahui bernama Eni — dirazia petugas karena membuka warung makanannya di siang hari saat bulan Ramadan.
Dalam tayangan yang disiarkan oleh Kompas TV pada 10 Juni, tampak Ibu Eni diminta keluar dari warungnya saat petugas Satpol PP menyita makanan dagangannya.
Iba melihat kejadian tersebut, seorang pengguna media sosial bernama Dwika Putra bersama teman-temannya, yakni Alexander Thian (@aMrazing), Yogi (@SoundofYogi), dan Jenny Jusuf (@JennyJusuf), berinisiatif mengumpulkan dana untuk membantu ibu tersebut, sejak Sabtu, 11 Juni.
Sumbangan Rp 200 juta
Dwika akhirnya mengakhiri gerakan donasi untuk Ibu Eni, pada Minggu, 12 Juni. Total dana yang diperolah dari 2.427 penyumbang mencapai total Rp 265.534.758.
Dengan total 2.427 (Dua Ribu Empat Ratus Dua Puluh Tujuh) Donasi, total yang terkumpul adalah Rp 265.534.758. pic.twitter.com/REuLmJeQ4L
— Dwika Putra (@dwikaputra) June 12, 2016
Lewat cuitan selanjutnya, Dwika memastikan dana akan digunakan untuk membantu sesama. “Dan tujuan itu akan tetap kami jaga demikian,” kata musisi ini.
Rencananya, uang ini tak akan disumbangkan pada Ibu Eni semata, juga ke pedagang lain yang bernasib sama. “Bagi yang keberatan, akan kami kembalikan 100 persen, atau disalurkan terpisah,” kata dia.
Ia memastikan penyaluran dana akan dilakukan setransparan mungkin. “Semua akan diumumkan dan dipertanggungjawabkan kepada publik dan donatur,” kata dia.
Untuk pemantauan, bisa dilihat pada laman http://kitabisa.com/bueni, atau bertanya melalui email ke patungan.netizen@gmail.com.
Dwika dan rekan-rekannya berdiskusi dengan beberapa mitra, yaitu @ACTforHumanity dan @kitabisacom untuk memperoleh metode terbaik.
Namun apa yang membuat Dwika dan kawan-kawan memulai inisiatif ini?
“Awalnya saya melihat keramaian ini di Twitter kira-kira jam 11 malam lebih. Sudah ada banyak respon dan reaksi dari netizen, dan kebanyakan mempertanyakan kebijakan tersebut,” kata Dwika kepada Rappler, Sabtu, 11 Juni.
Melihat hal tersebut, Dwika melontarkan ide untuk membantu sang ibu, daripada hanya memprotes kebijakan pemerintah.
“Ternyata banyak yang sepaham. Maka kami inisiasi gerakan tersebut. Semuanya spontan,” ujarnya.
Menanggapi video ibu tadi, saya memilih membantu. Care to join in? 🙂 pic.twitter.com/9kgbNn1rV1
Dwika mengumumkan lewat Twitternya bahwa ia dan teman-teman sedang menggalang dana untuk membantu sang ibu. Lewat bantuan komunitas Stand Up Serang, Ibu Eni pun ditemukan keberadaannya.
Dalam waktu kurang dari 24 jam, jumlah sumbangan yang terkumpul telah mencapai lebih dari 100 juta rupiah. Jumlah tersebut jauh lebih besar daripada target yang dibutuhkan untuk membantu Ibu Eni. Oleh karena itu, Dwika dan teman-teman sedang memikirkan cara penyaluran bantuan yang terbaik.
“Saat ini kami sedang berdiskusi dengan beberapa lembaga yang sudah biasa menyalurkan bantuan seperti ini. Karena kami ingin memastikan mekanisme penyalurannya pun tepat guna,” katanya.
Lebih lanjut Dwika menegaskan bahwa gerakan ini hanya bertujuan untuk membantu sesama.
“Satu saja tambahan dari saya. Ini bukan gerakan bermotif politik atau pun agama. Ini hanya keprihatinan sesama manusia untuk saling membantu,” katanya. —Rappler.com
BACA JUGA:
Add a comment
How does this make you feel?
There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.