Philippine volleyball

Bursa Calon Ketua Umum: Kurniawan Dwi Yulianto bermodalkan popularitas

Mahmud Alexander

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Apakah sudah saatnya federasi sepak bola dipegang oleh sosok yang benar-benar dari bola?

Kurniawan Dwi Yulianto bersama mantan striker Manchester United Andy Cole. Foto: Akun Twitter Kurniawan

JAKARTA, Indonesia — Nama Kurniawan Dwi Yulianto cukup membawa angin segar perubahan di antara nama-nama lain yang akan berkompetisi sebagai ketua umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI). Sebab, dia adalah satu-satunya calon yang benar-benar dari kalangan sepak bola. 

Kurus, begitu dia akrab dipanggil, adalah mantan pesepak bola Indonesia. Dia termasuk yang beruntung mengikuti program Primavera PSSI dengan belajar sepak bola ke Italia. Bahkan, dia sempat membela tim Serie A Italia, Sampdoria. 

Di Indonesia, Kurus memperkuat sejumlah tim, mulai dari Persebaya Surabaya, Persela Lamongan, hingga PSM Makassar. Lelaki kelahiran Magelang itu biasa menempati posisi andalan sebagai striker.

Nama Kurniawan muncul di menit-menit akhir. Saat hari terakhir pendaftaran calon ketua umum, wakil ketua umum, dan exco PSSI dilakukan pada 6 September lalu, Kurniawan adalah salah satu calon yang sampai jelang detik akhir syaratnya belum lengkap.

Dia ternyata belum menyertakan surat keterangan tidak pernah menjadi narapidana dari pengadilan negeri. 

Dengan kerja keras, pada malam hari akhirnya surat itu keluar dan bisa diberikan kepada komite pemilihan persis jelang penutupan pendaftaran. Usaha itu ternyata tak sia-sia, dari verifikasi berkas dan syarat, Kurniawan dinyatakan lolos. Dia akan bersaing dengan tujuh calon lain yang telah lebih dulu diverifikasi dan lolos. 

Saat dikonfirmasi, Kurniawan mengaku cukup senang dan cita-citanya untuk melakukan perbaikan pembinaan usia dini dan memperbaiki mental stake holder masih terjaga, setidaknya sampai hari ini. 

“Mudah-mudah segera ditetapkan sebagi calon sah. Nanti baru kita bergerak lebih masif demi sepak bola Indonesia yang lebih jujur,” tuturnya.

Kurniawan memang memiliki kepedulian yang besar terhadap pembinaan sepak bola usia dini. Bahkan, dia ingin agar pembinaan tersebut memiliki satu standar yang sama. Sebab, saat ini banyak Sekolah Sepak Bola (SSB) yang hanya sekadar melatih sepak bola, tanpa memiliki kurikulum khusus untuk menangani anak-anak.

Padahal, pembinaan tanpa standar justru bakal menambah masalah baru. Alih-alih menghasilkan bakat-bakat muda, pembinaan yang tidak terkendali justru menjauhkan anak-anak dari esensi paling mendasar dari sepak bola: kegembiraan.

Selain itu, standarisasi juga berguna untuk jenjang lanjutan dari sepak bola usia dini. Jika dari bawah sudah bagus, level selanjutnya tinggal meneruskan apa yang sudah dimulai. Tanpa itu, penanganan bakat sepak bola akan liar. Tanpa arah. Bahkan bisa salah.

Standar tersebut juga berguna untuk membentuk kompetisi di level tersebut. Kurniawan menyatakan, perlu ada kompetisi di level SSB. Memang, saat ini sudah ada kompetisi, namun sifatnya cuma kondisional dan tidak konsisten.

“Vietnam dan Thailand sudah menyeragamkan pembinaan usia dini. Makanya perkembangan sepak bola mereka jauh di atas kita,” katanya.

Melawan para jenderal

Lantas, bagaimana peluangnya di antara lawan-lawan yang sudah senior?

Dia menegaskan tak gentar untuk bersaing dengan siapapun. Bahkan jenderal sekalipun yang saat ini ada dalam bakal caketum PSSI. Mereka adalah Letjen Edy Rahmayadi, Jenderal (Purn) Moeldoko, dan Brigjen (Purn) Berhard Limbong. 

“Saya tidak takut bersaing dengan siapapun. Yang pasti, karena saya adalah mantan orang sepak bola, pemain sepak bola, saya memiliki program tersendiri untuk memperbaiki prestasi Indonesia, sepuluh tahun ke depan,” ujarnya.

Kurniawan sejatinya memiliki modal besar, yakni popularitas. Namanya cukup harum di kalangan suporter. Jajak pendapat salah satu media menempatkan namanya sebagai calon idola di antara nama-nama calon ketua umum lainnya.

Masalahnya, calon ketua umum PSSI tidak ditentukan via jajak pendapat. Pemilihnya adalah para anggota PSSI, bukan masyarakat umum. Karena itu, Kurniawan harus membawa modal popularitas tersebut ke level yang lebih konkret: merangkul para voter.

“Saya tak mau pusing dengan peluang. Yang terpenting saat ini adalah memberikan waktu dan konsentrasi untuk sepak bola Indonesia,” katanya.—Rappler.com

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!